Bicara mengenai Induktif dan Deduktif itu merupakan
pengetahuan yang berkaitan dengan penalaran tiap orang. Penalaran merupakan
suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang
dihasilakan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berfikir itu
harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan yang dianggap
sahih (valid) kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan
sebagai “pengkajian untuk berfikir secara sahih”.[1]
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun
untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah,
kita akan melakukan penelaahaan yang sakasama hanya tergadap dua jenis cara
penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif. Logika
induktif erat hubungannya dengan dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan di pihak
lain, kita mempunyai logika deduktif, yang membantu kita dalam menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (
khusus ).
Induksi merupakan
cara berfikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Penalaran induktif dimulai dengan mengmukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Katakanlah kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai
mata, demikian juga singa, kucing dan berbagai binatang lainnya. Dari
kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni
semua binatang mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting
artinya sebab mempunya dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa
pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.
Kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan
menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah
merupakan koleksi dari berbagai fakta melaikan esensi dan fakta-fakta tersebut.
Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan
tidak bermaksud membuat reproduksi dari objek tertentu, melainkan menekankan
kepada struktur dasar yang menyangga ujud fakta tersebut. Pernyataan yang
bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya
semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan
pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina
itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat
fungsional dalam kehidupan prkatis dan berfikir teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum
adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun
secara deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat
umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Umpanya
melanjutkan contoh kita terdahul, dari mempunyai mata, dapat ditarik kesimpulan
bahwa semua makhluk mempunyai mata. Penalaran seperti ini memungkinkan
disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.
Penalaran
deduktif adalah kegiatan berfikir yang sebaliknnya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara berfikir di mana
dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berfikir yang
dinamakan silogismus. Silogismus disusun
dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung
silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis
mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang di dapat dari
penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Dari contoh kita
sebelumnya kita dapat membuat silogisme sebagai berikut.
Semua makhluk mempunyai mata (Premis Mayor)
Si Polan adalah seoranng makhluk (Premis Minor)
Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa si polan mempunyai mata adalah
sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari
dua premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis yang mendukungnya adalah
benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan ynag ditariknya juga adalah benar.
Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskupun kedua premisnya benar, sekiranya
cara penarikan kesimpulannya adalah tidak sah.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar