Rabu, 01 Mei 2013

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi


A.    Definisi

Pengambilan Keputusan (Decision Making, Besluitneming) merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu system, walaupun merupakan suatu keputusan atau desisi pribadi sekali pun yang menyangkut suatu masalah pribadi pula.
Hal tersebut perlu kita sadari agar supaya kita dapat berhasil di dalam daya upaya mengembangkan kemampuan kita untuk mengambil desisi mengenai problema – problema yang menghendaki suatu keputusan dari kita. Makin mampu kita mengenali masalah – masalah yang selalu akan kita jumpai di dalam perjalanan menuju ke kemajuan dalam hidup, makin mampu kita mengatasi atau memecahkan masalah – maslah tersebut, maka akan besar serta cepatlah sukses yang akan dicapai.
System di mana proses pengambilan desisi itu berlangsung terdiri atas berbagai unsur (elements) atau bagian, dan masing – masing merupakan suatu factor yang ikut menentukan segala apa yang terjadi atau akan terjadi.
Unsur yang utama dan mungkin yang terpenting didalam proses pengambilan keputusan adalah MASALAH atau PROBLEMA yang harus dihadapi dan menghendaki adanya desisi dari kita.[1]

B.     Kerangka Pengambilan Keputusan

Setiap keputusan atau desisi yang kita ambil berada dalam suatu kerangka pikiran (framework of thought, mental environment) dan kerangka daya upaya (framework of action, operasional environment).
Bagaimana struktur dan system daripada kerangka pengambilan keputusan tersebut tergantung dari :
1)      Posisi orang yang berwenang, berwajib, dan atau bertanggung jawab untuk mengambil desisi,
2)      Problema atau masalah yang dihadapi harus ditangani atau dipecahkan,
3)      Situasi di mana si pengambil desisi dan problema itu berada,
4)      Kondisi daripada si pengambil desisi, kekuatan dan kemampuannya untuk menghadapi problema tersebut,
5)      Tujuan yang harus dicapai dengan pengambilan keputusan tersebut.

Posisi
            Setiap orang, lebih – lebih di dalam masyarakat yang sudah maju, berada di dalam posisi atau kedudukan yang berubah – ubah, satu sama lain tergantung dari apa  atau siapa  yang dia hadapi pada waktu itu.
            Jadi, posisi kita selalu ditentukan oleh apa  atau siapa yang kita hadapi.
Apa siapa itu merupakan bagian daripada lingkungan di mana kita berada pada suatu ketika. Oleh karena itu, maka dapat pula dikatakan, bahwa posisi atau kedudukan seseorang itu selalu ditentukan oleh lingkungannya. Hal tersebut perlu disadari sepenuhnya oleh setiap orang yang menghadapi masalah pengambilan keputusan, jangan sampai salah tanggap dan salah berpikir. Oleh sebab orang yang terbiasa berkuasa dengan pangkat dan jabatan yang tertentu mempunyai kecenderungan untuk membawa kebiasaaan posisional itu kemana – mana, sehingga dapat menjadi tertawaan orang atau pertanyaan pihak -  pihak yang tidak mau menerimanya.
Sebaliknya, ada pula orang terbiasa menjadi bawahan yang tertekan, pada waktu berada dalam posisi untuk mengambil kepustusan tidak berani berbuat apa – apa.
Posisi seseorang dapat berpindah – pindah dari individu, suami, ayah, saudara, dan sebagainya, di dalam lingkungan keluarga.
Didalam lingkungan organisasi pemerintahan, posisi seseorang dapat berpindah – pindah dari pemerintah, administrator, staffer, manajer, pegawai negeri atau pegawai Negara.
Di dalam lingkungan organisasi militer, seorang dapat berpindah – pindah posisi dari panglima, komandan, staffer, administrator, manajer, kepala, pemimpin, ke pegawai negeri militer.
Di dalam lingkungan perusahaan, posisi seseorang dapat berpindah dari pemegang saham, entrepreneur, direktur, administrator, staffer, manager, pemimpin, pegawai perusahaan.
Perubahan – perubahan posisi tersebut sangat membingungkan di dalam masyarkaat yang tradisional feudal, dan oleh karena itu, proses modernisasi selalu diikuti dengan gerak egalisasi social, artinya : orang tidak suka lagi digolong – golongkan menurut suatu hierarkhi social berdasarkan kasta, keturunan, pendidikan sekolah, dan sebagainya. Satu – satunya hierarkhi yang mai dipertahankan adalah hierarkhi organisasional, dan itu juga pun hanya selama jam dinas atau jam kerja. Di luar jam dinas dan kerja orang mau diperlakukan sebagai manusia biasa yang sederajat dengan sesame manusia yang lainnya yang mana pun, dan hal ini memang sesuai dengan ajaran agama – agama yang besar : Islam, Nasrani dan sebagainya.
Posisi seseorang menentukan alam pandangan dan berpikirnya, sikap, dan tingkah lakunya.
Di dalam kerangka pengambilan keputusan, seorang harus sadar akan posisinya, apakeh sebagai decision maker (pembuat keputusan), decision taker (pengambil/prenentu keputusan), ataukah staffer, dan selain itu, harus sadar akan tingkatan (level, niveau) posisinya : strategi, policy, peraturan, organisasional, operasionil, teknis.

Problema
            Masalah atau problema adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan, atau dikehendaki.
            Problema tidak selalu didapat dikenali dengan segera. Ada yang memerlukan analisa, ada pula yang bahkan memerlukan research tersendiri.

Situasi
            Situasi berada didalam keadaan pada umumnya, baik yang relevan (ada hubungan dengan kita beserta permasalahan) maupun yang tidak relevan.
            Situasi adalah keseluruhan factor – factor dalam keadaan, yang sangat berkaitan satu sama yang lain, dan yang secara bersama – sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.
            Factor – factor tersebut ada yang konstan (C), tidak berubah-ubah, namun sebagian besar terdiri atas faktor-faktor variable (V) yang tidak tetap keadaannya.
            Di antara variabel-variabel itu ada yang dapat diperhitungkan, bahkan dapat dikendalikan, namun ada pula yang sama sekali berada diluar kekuasaan manusia untuk mengaturnya (N), misalnya : curah hujan, banjir, gempa bumi.

Kondisi
            Kondisi adalah keseluruhan daripada faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak , daya berbuat atau kemampuan kita.
            Sebagian terbesar daripada faktor-faktor tersebut merupakan sumber-sumber daya atau resources (R).
            Sumber – sumber daya itu, bahkan kondisi secara keseluruhan, haru dikendalikan melalui management yang setapat-tepatnya.
            Sebaliknya, sumber-sumber daya itu menentukan daya management kita, daya kita untuk merencanakan dan melakukan sesuatu serta mencapainya secara effektif.[2]

C.    Faktor – faktor Dalam Pengambilan Keputusan

Pada semua jenjang organisasi, semua orang harus terus mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Faktor terpenting di dalam pengambilan keputusan adalah faktor manusia, baik sebagai Pemimpin, Staffer, Pelaksana, maupun Pemakai hasil (langganan, dan sebagainya).
            Masalahnya adalah, bahwa di dalam kehidupan masyarakat dan organisasi modern diperlukan orang-orang yang sudah sivil, artinya : yang sudah mampu menentukan sendiri apa yang harus diperbuat di dalam rangka kewajiban yang dia punyai.
            Dengan prakata lain, makin pelik masalah yang dihadapi, makin diperlukan manusia yang maju dan modern untuk menanganinya. Manusia yang demikian itu adalah hasil pendidikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman.[3]

  
Tabel 1.1
Teknik Pengambilan Keputusan Tradisional dan Modern

Jenis – Jenis Keputusan
Teknik Pengbilan Keputusan
Tradisional
Modern
Terprogam :
Keputusan rutin yang berulang.
Organisasi mengembangkan proses khusu untuk menanganinya.
1.      Kebiasaan
2.      Pekerjaan rutin tata-usaha: Prosedur operasi yang baku.
3.      Struktur organisasi: pengharapan bersama. Suatu sistem dari sub-sasaran.
1.      Riset operasi: Analisis matematika model.
2.      Pemerosotan data elektronik.
Tidak terprogram :
Keputusan kebijakan yang hanya sekali berlaku, tidak terstruktur, dan baru.
Ditangani denga proses umum pemecahan masalah.
1.      Penilaian, intuisi, dan kreativitas.
2.      Petunjuk praktis.
3.      Pemilihan dan pelatihan eksekutif.
Teknik pemecahan masalah heuristik yang diterpakan pada :
a.       Melatih orang yang mengambil keputusan.
b.      Membuat program komputer heuristik.

Sumber : Hebert A. simon. The New Science of Management Dicision, edisi yang diperbarui, Hal. 48. Hak cipta 1977. Dikutip dengan izin dari Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff, N.J.
           



[1] S. Prajudi Atmosudirjo, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan (Jakarta: Gahlia Indonesia, 1982), Hal. 14.
[2] S. Prajudi Atmosudirjo, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan (Jakarta: Gahlia Indonesia, 1982), Hal. 60 – 62.
[3] S. Prajudi Atmosudirjo, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan (Jakarta: Gahlia Indonesia, 1982), Hal. 28.

Komunikasi Dalam Organisasi


Pengertian Komunikasi

Untuk memahami pengertian manajemen komunikasi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian komunikasi secara umum. Kata komunikasi berasal daro bahasa latin communication yang berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran pikiran’. Jadi, secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsure – unsure kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).
Adapun beberapa definisi komunikasi dari para pakar, sebagain berikut:
a.          Komukasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Laswell).
b.         Komunikasi adalah proses di mana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulant biasa denga lambang-lambang bahasa (verbal maupun nonverbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Carl I. Hovland).
c.          Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui symbol-simbol (Theodorson dan Thedorson).
d.         Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi dan sikap seseorang kepada orang lain (Edwin Emeryl).
e.          Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesame manusia (Delton E, Mc Farland).
f.          Komuinikasi adalah proses social, dalam arti pelmparan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan (William Albig).
g.          Komunikasi berarti suatu mekanisme suatu hubungan antarmanusia dilakukan dengan mengartikan symbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu (Charles H. Cooley).
h.         Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut (A. Winnet).
i.           Komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem symbol linguistik, seperti sistem symbol verbal (kata-kata) dan nonverbal. System ini dapat disosialisasikan secara langsing /tatap muka atau melaui media lain (tulisan, oral dan visual) (Karlfried Knapp).[1]

Komunikasi Organisasi

Komunikasi dalam organisasi khususnya mempunyai mempunyai hubungan dengan satu atau lebih dimensi-dimensi struktur organisasi (misalnya peranan, status, kompleksitas teknologi, pola-pola otoritas, dan sebagainya). Komunikasi dengan luar organisasi (external communication) adalah pertukaran “message” antara organisasi atau masuknya arus informasi dari luar (lingkungan ke dalam organisasi).
Setiap langkah dalam manajemen dan pengoprasian suatu organisasi sangat tergantung pada komunikasi. Misalnya peningkatan aktivitas, penyelesaian konflik, memperbaiki semangat pekerja dan meningkatkan produksi.
Beberapa aliran teori manajemen menghadap persoalan komunikasi yang berbeda-beda, tetap semuanya berfokus pada komunikasi sebagai masalah pokok organisasi karena:
a.          Komunikasi tampaknya memungkinkan anggota-anggota organisasi saling bertukar pengetahuan tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai organisasi.
b.         Komunikasi adalah wahana di mana suatu organisasi dapat mencapai lingkungnanya.
c.          Komunikasi merupakan saluran yang menghubungkan masukan dengan keluaran suatu organisasi.
Komunikasi menyediakan alat-alat untuk pengambilan keputusan, melaksanakan keputusan menerima umpan balik dan mengoreksi tujuan serta prosedur organisasi. “Apabila komunikasi berhenti maka aktivitas organisasi akan berhenti. Dengan demikian, tinggallah kegiatan-kegiatan individu yang tidak terorganisasi”. [2]

Manajemen Komunikasi

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Handoko (1997) menyebut ada 3 alasan utama yang diperlukan manajemen.
a.             Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi,
b.            Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan saling bertentanga. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran, dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik karyawan, maupun kreditor, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja, assosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah.
c.             Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematika atau merupakan perhitungan rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Sedangakan efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, manajer efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa manajemen komunikasi adlah manajemen yang diterapkan dalam kegiatan komunikasi. Ini berarti manajemen akan berperan atau sebagai penggerak aktivitas komunikasi dalam usaha pencapaian tujuan komunikasi.
                Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, maka disinilah asas-asas manaajemen dan komunikasi dipadukan dan disesuaikan di atas landasan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini, maka para pelaku komunikasi setidaknya harus mengetahui seluk-beluk ilmu manajemen dan ilmu komunikasi. Apabila ada keinginan bersama untuk menyukseskan penyelanggaraan komunikasi secara efektif.[3]


[1] Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi (Yogyakarta: Media Pressindio, 2009) Hal. 5-6.
[2] Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi (Yogyakarta: Media Pressindio, 2009) Hal. 109-110.
[3] Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi (Yogyakarta: Media Pressindio, 2009) Bab XI